Di Indonesia pengguna Facebook (FB) lebih dri 43,5 juta orang dan terbesar kedua didunia. Menurut catatan, pemakai mayoritas usia 20 tahun. Faktor lingkungan, keluarga dan masyarakat yang tidak mampu memenuhi ‘kebutuhan’anak muda menemukan apa dahaga yang diinginkan anak-anak muda, menjadikan mereka menjadikan dunia maya menjadi tempat pencarian eksistinya, termasuk kebutuhan spritualnya.
Hanya di sinilah letap persoalannya, karena saat ini, dunia maya dan jejaring sosial seperti FB dan twitter justru dijadikan lahan menarik kalangan agen-agen intelijen ‘memperdayai’ anak-anak muda. Pernyataan ini disampaikan Pemerhati Kontra-Terorisme dan Direktur CIIA, Harits Abu Ulya.
Harits mencermati kasus terbaru, sebagaimana dialami aktivis remaja masjid Jakarta, Herman dan David yang ditangkap Detasemen Antiteros (Densus) 88, setelah berkenalan dengan seorang bernama Basir.
“Karenanya, kawula muda pengguna jejaring sosial jangan mudah heran, kagum,dan terpesona dengan "doktrin" yang tidak sehat yang mengajak pada tindakan-tindakan kekerasan atau "perlawanan", apalagi mengarah pada bentuk dan aksi-aksi teror,” demikian ujarnya kepada hidayatullah.com, Ahad (04/11/2012) kemarin. [Baca juga: Mustofa Nahrawardaya: Waspadai Jebakan Operasi Intelijen di Dunia Maya dan FB]
Tiga Tips
Lebih jauh ia memberi tips anak muda dan remaja Muslim pengguna jejaring sosial agar tidak terjebak dengan permainan ‘kejam’ intelijen yang secara sengaja ingin memanfaatan mereka.
Pertama, menurut Harits, pastikan orang-orang yang dikenal di jejaring sosial dan terdaftar menjadi teman adalah orang yang dikenal serta bisa dipercaya.
Kedua, jangan mudah percaya kepada orang-orang baru dikenal, apalagi terlihat bersemangat dan menggebu-gebu dalam masalah Islam. Sebab di dunia maya seperti jejaring sosial, orang bisa dengan mudah menyamar, menyaru atau pura-pura sebagai aktivis dengan menggunakan nama-nama samaran.
Yang terakhir, yang tdak boleh dilupakan remaja masjid, aktifis Kerohanian Islam (Rohis), jejaring sosial bukan ruang privacy, sehinga dengan enak mamasang dan mengabarkan info-info serta foto-foto yang bersifat pribadi dan intern.
“Ini minimal langkah untuk meredusir upaya-upaya klandestin atau intelijen gelap yang hendak menjebak para aktifis Islam. Karenanya, di jejaring sosial, jangan mudah memasang info-info pribadi yang tidak perlu,” tambahnya.
“Juga janganlah seorang jamaah atau anggota komunitas Islam sesuka hati bicara persoalan-persoalan privacy organisanya. Jika ini terjadi, maka sangat kontra produktif.Mengingat, monitoring biasanya dilakukan secara intens oleh intelijen melalui dunia maya, nah bisa bahaya cara intelijen nakal seperti sekarang ini yang akan memanfaatkan untuk kepentingan "gelap" mereka.
0 komentar:
Post a Comment