Hidayatullah.com—Para
pakar forensik Prancis hari Kamis kemarin tiba di Tepi Barat untuk mengawasi
penggalian kembali makam mantan Presiden Yassir Arafat, kata penasehat hukum
presiden Palestina dilansir Maan
(23/11/2012).
Pengadilan
Prancis membuka kasus pembunuhan atas Arafat pada bulan Agustus lalu, setelah
sebuah lembaga penelitian Swiss menemukan jejak radioaktif polonium berkadar
tinggi pada pakaian Arafat yang diberikan oleh istrinya, yang dulu dipakai saat
dirawat di rumah sakit militer Prancis sebelum wafat.
Pengadilan
Prancis secara resmi telah menugaskan kejaksaan Palestina untuk mengumpulkan
bukti-bukti penyelidikan dan para pakar Prancis tersebut akan bertindak sebagai
penasehat bagi staf forensik Palestina. Demikian dijelaskan Hassan Al Aruri
pembantu bidang hukum Presiden Mahmud Abbas kepada Maan.Lebih lanjut Al Aruri menjelaskan, makam
Arafat akan digali pada hari Senin besok untuk dilakukan tes atas jasadnya dan
kemudian akan dimakamkan ulang dalam sebuah upacara militer.
Penggalian
makam dan uji forensik akan diawasi oleh para pakar dari Palestina dan Prancis,
namun keluarga Arafat dan media tidak akan hadir, imbuhnya.Sementara itu
keluarga dekat mendiang Arafat menolak dilakukannya penggalian tersebut.
“Kami
mengatakan secara terbuka bahwa pemimpin kita, pendiri negara kita, telah
dibunuh oleh Israel dengan racun. Dan seluruh rakyat Palestina yakin akan hal
ini,” kata Nasser Al Kidwa, keponakan Arafat yang juga merupakan pejabat senior
Fatah, organisasi yang dipimpin Mahmud Abbas.
Ketika
Arafat meninggal dunia tanggal 11 Nopember 2004 pada usia 75 tahun tidak
dilakukan otopsi atas mayat Arafat, sebagaimana permintaan istrinya, Suha
Arafat. Sebelum diterbangkan ke Prancis karena alasan medis, Arafat dikurung
oleh Zionis di kediamannya yang dijaga ketat oleh pasukan bersenjata Israel selama
dua setengah tahun, menyusul Intifadah. Prancis tidak pernah mengungkapkan
kondisi kesehatan, penyakit dan sebab kematian Arafat selama dalam perawatan.
Radioaktif
polonium adalah racun yang sama yang digunakan untuk membunuh pengkritik keras
Kremlin sekaligus bekas mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko, yang tewas
setelah minum hidangan teh di sebuah hotel di London. Awal Juli lalu, seorang
pria Palestina mengaku pernah menjadi kolaborator intelijen Zionis, yang
memerintahkannya untuk meracuni Arafat lewat makanan. Baca berita sebelumnya
0 komentar:
Post a Comment