WELCOME TO HTTP://IQBALANEUKTANJUNG.BLOGSPOT.COM/, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG.

gambar

gambar
aceh
VISIT ACEH YEARS 2013 JOINT US NOW

Sunday, 2 December 2012

Daftar Nama Kecamatan Kelurahan/Desa & Kodepos Di Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam


Berikut ini adalah daftar nama-nama Kelurahan / Desa dan Kecamatan beserta nomor kode pos (postcode / zip code) pada Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Republik Indonesia.

Negara : Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Provinsi : Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
Kota Administrasi/Kotamadya : Banda Aceh

1. Kecamatan Baiturrahman
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Baiturrahman di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Ateuk Pahlawan (Kodepos : 23241)
- Kelurahan/Desa Peuniti (Kodepos : 23241)
- Kelurahan/Desa Kampung Baru (Kodepos : 23242)
- Kelurahan/Desa Neusu Jaya (Kodepos : 23243)
- Kelurahan/Desa Seutui (Kodepos : 23243)
- Kelurahan/Desa Sukaramai (Kodepos : 23243)
- Kelurahan/Desa Ateuk Deah Tanoh (Kodepos : 23244)
- Kelurahan/Desa Ateuk Munjeng (Kodepos : 23244)
- Kelurahan/Desa Neusu Aceh (Kodepos : 23244)
- Kelurahan/Desa Ateuk Jawo (Kodepos : 23245)

2. Kecamatan Banda Raya
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Banda Raya di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Lam Ara (Kodepos : 23238)
- Kelurahan/Desa Lampuot (Kodepos : 23238)
- Kelurahan/Desa Lhong Cut (Kodepos : 23238)
- Kelurahan/Desa Lhong Raya (Kodepos : 23238)
- Kelurahan/Desa Mibo (Kodepos : 23238)
- Kelurahan/Desa Peunyeurat (Kodepos : 23238)
- Kelurahan/Desa Geuceu Iniem (Kodepos : 23239)
- Kelurahan/Desa Geuceu Kayee Jato (Kodepos : 23239)
- Kelurahan/Desa Geuceu Komplek (Kodepos : 23239)
- Kelurahan/Desa Lam Lagang (Kodepos : 23239)

3. Kecamatan Jaya Baru
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Jaya Baru di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Lamtemen Barat (Kodepos : 23230)
- Kelurahan/Desa Lamtemen Timur (Kodepos : 23230)
- Kelurahan/Desa Punge Blang Cut (Kodepos : 23234)
- Kelurahan/Desa Bitai (Kodepos : 23235)
- Kelurahan/Desa Lamjamee (Kodepos : 23235)
- Kelurahan/Desa Lampoh Daya (Kodepos : 23235)
- Kelurahan/Desa Ulee Pata (Kodepos : 23235)
- Kelurahan/Desa Emperom (Kodepos : 23236)
- Kelurahan/Desa Geuceu Meunara (Kodepos : 23241)

4. Kecamatan Kuta Alam
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Kuta Alam di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Kuta Alam (Kodepos : 23121)
- Kelurahan/Desa Laksana (Kodepos : 23122)
- Kelurahan/Desa Peunayong (Kodepos : 23122)
- Kelurahan/Desa Mulia (Kodepos : 23123)
- Kelurahan/Desa Beurawe (Kodepos : 23124)
- Kelurahan/Desa Kota Baru (Kodepos : 23125)
- Kelurahan/Desa Bandar Baru (Kodepos : 23126)
- Kelurahan/Desa Keuramat (Kramat) (Kodepos : 23126)
- Kelurahan/Desa Lampineung (Kodepos : 23126)
- Kelurahan/Desa Lampriet (Kodepos : 23126)
- Kelurahan/Desa Lambaro Skep (Kodepos : 23127)
- Kelurahan/Desa Lamdingin (Kodepos : 23127)
- Kelurahan/Desa Lampulo (Kodepos : 23127)

5. Kecamatan Kuta Raja
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Kuta Raja di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Gampong Jawa (Kodepos : 23128)
- Kelurahan/Desa Gampong Pande (Kodepos : 23128)
- Kelurahan/Desa Keudah (Kodepos : 23129)
- Kelurahan/Desa Peulanggahan (Kodepos : 23129)
- Kelurahan/Desa Lampaseh Kota (Kodepos : 23231)
- Kelurahan/Desa Merduati (Kodepos : 23242)

6. Kecamatan Lueng Bata
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Lueng Bata di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Lam Dom (Landom) (Kodepos : 23244)
- Kelurahan/Desa Batoh (Kodepos : 23245)
- Kelurahan/Desa Cot Mesjid (Kodepos : 23246)
- Kelurahan/Desa Lamseupeung (Kodepos : 23247)
- Kelurahan/Desa Lueng Bata (Kodepos : 23247)
- Kelurahan/Desa Panteriek (Kodepos : 23247)
- Kelurahan/Desa Blang Cut (Kodepos : 23248)
- Kelurahan/Desa Lampaloh (Kodepos : 23248)
- Kelurahan/Desa Sukadamai (Kodepos : 23249)

7. Kecamatan Meuraxa / Meuraksa
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Meuraxa / Meuraksa di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Lampaseh Aceh (Kodepos : 23231)
- Kelurahan/Desa Punge Jurong (Kodepos : 23231)
- Kelurahan/Desa Alue Deah Teungoh (Kodepos : 23232)
- Kelurahan/Desa Deah Baro (Kodepos : 23232)
- Kelurahan/Desa Deah Glumpang (Kodepos : 23232)
- Kelurahan/Desa Blang Oi (Kodepos : 23233)
- Kelurahan/Desa Cot Lamkuweueh (Kodepos : 23233)
- Kelurahan/Desa Gampong Pie (Kodepos : 23233)
- Kelurahan/Desa Lambung (Kodepos : 23233)
- Kelurahan/Desa Punge Ujong (Kodepos : 23233)
- Kelurahan/Desa Asoi Nanggro (Kodepos : 23234)
- Kelurahan/Desa Gampong Baro (Kodepos : 23234)
- Kelurahan/Desa Gampong Blang (Kodepos : 23234)
- Kelurahan/Desa Lamjabat (Kodepos : 23234)
- Kelurahan/Desa Surien (Kodepos : 23234)

8. Kecamatan Syiah Kuala
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Syiah Kuala di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Kopelma Darussalam (Kodepos : 23111)
- Kelurahan/Desa Rukoh (Kodepos : 23112)
- Kelurahan/Desa Jeulingke (Kodepos : 23114)
- Kelurahan/Desa Tibang (Kodepos : 23114)
- Kelurahan/Desa Lamgugob (Kodepos : 23115)
- Kelurahan/Desa Alue Naga (Kodepos : 23116)
- Kelurahan/Desa Deah Raya (Kodepos : 23116)
- Kelurahan/Desa Gampong Peurada (Kodepos : 23116)
- Kelurahan/Desa Iemasen Kaye Adang (Kodepos : 23116)
- Kelurahan/Desa Pineung (Kodepos : 23116)

9. Kecamatan Ulee Kareng
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Ulee Kareng di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) :
- Kelurahan/Desa Ceurih (Kodepos : 23117)
- Kelurahan/Desa Doi/Doy (Kodepos : 23117)
- Kelurahan/Desa Iemasen Ulee Kareng (Kodepos : 23117)
- Kelurahan/Desa Lamglumpang (Kodepos : 23117)
- Kelurahan/Desa Lambhuk (Kodepos : 23118)
- Kelurahan/Desa Lamteh (Kodepos : 23118)
- Kelurahan/Desa Ilie (Kodepos : 23119)
- Kelurahan/Desa Pango Deah (Kodepos : 23119)
- Kelurahan/Desa Pango Raya (Kodepos : 23119)


Thursday, 29 November 2012

Linux Camp 2012, Belajar Linux Sambil Camping




Banda Aceh– Aceh Linux Activist (KPLI-Aceh) kembali menggelar acara Linux Camp 2012, yaitu acara yang dikemas dalam bentuk Camping sambil belajar Linux pada tanggal 1-2 Desember mendatang. Acara ini merupakan acara tahunan KPLI yang sudah dilaksanakan mulai dari tahun lalu, Kamis (29/11). 

Kegiatan Linux camp diselenggarakan terbuka untuk umum, mahasiswa dan siswa, dan sampai pendaftaran ditutup pada tgl 20 November 2012, jumlah peserta yang sudah mendaftar ke pihak panitia mencapai 56 orang. 

Aceh Linux Activist (KPLI-Aceh), adalah komunitas pengguna linux dan perangkat IT (Information Teknologi) yang fokus terhadap System Operasi Linux. 

Seperti diketahui, Aceh Linux Activist (KPLI-Aceh) pada tahun 2013 menjadi tuan rumah untuk acara nasional Indonesia Linux Conference (ILC). Kegiatan linux camp termasuk kepada rangkaian kegiatan ILC 2013 yang diselenggarakan di Aceh. 

“Kegiatan linux camp dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan tanggal 2 desember 2012, pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di komplek yayasan Lamjabat yang berada di daerah Ujong Pancu Kabupaten Aceh Besar,” kata Zubaidi, Ketua Panitia Linux Camp 2012. 

Ia menambahkan, kegiatan ini dilaksanakan sekaligus untuk merekrut anggota baru Aceh Linux Activist (KPLI-Aceh), mereka yang ikut acara linux camp secara resmi terdaftar sebagai anggota baru dari Aceh Linux Activist (KPLI-Aceh). 

“Linux camp adalah acara belajar tentang IT terutama tentang system operasi linux, pada acara ini akan di isi dengan beberapa kegiatan antaralain pelatihan, seminar dan workshop,” pungkas Zubaidi.



Monday, 26 November 2012

Cara Instal Ubuntu


saya mau memberikan sedikit tips nich, bagaimana cara menginstall Linux Ubuntu, bahwasanya kita belum banyak mengetahui bagaimana cara menginstall dan menggunakan linux ubuntu tersebut,gak usah baca bagi kwan2 yang udah mahir dalam linux :-D. Dan disini saya akan memberikan beberapa tips bagaimana Cara Menginstall Linux Ubuntu.


1. Masukkin CD Installer ke perangkat CD / DVD-ROM dan reboot komputer untuk boot dari CD.Tunggu sampai CD termuat.



2. Kwan2 akan melihat wallpaper dan jendela instalasi. Pilih bahasa dan klik tombol "Install Ubuntu 10.04 LTS" untuk melanjutkan.



3. Layar kedua akan menampilkan peta bumi. Setelah pemilihan lokasi, waktu sistem akan menyesuaikan. Klik tombol "Forward" setelah kwan2 memilih lokasi yang kwan2 pengen.



4. Pada layar ketiga, kwan2 dapat memilih layout keyboard yang diinginkan. Klik tombol "Forward" bila kwan2 telah selesai dengan konfigurasi keyboard.



5 .kwan2 memiliki empat pilihan di sini:




-Jika kwan2 memiliki sistem operasi lain (misalnya Windows Vista,XP,7 Dan 8) dan kwan2 ingin sistem kwan2 menjadi dual boot ( Dua OS,Linux dan Windows), pilih :
-Pilihan pertama : "Instal mereka berdampingan, memilih di antara mereka pada setiap startup."
-Pilihan Kedua : "Jika kwan2 ingin menghapus sistem operasi yang ada, atau hard drive sudah kosong dan kwan2 ingin agar installer secara otomatis mempartisi hard drive kwan2, pilih pilihan kedua, "Gunakan seluruh disk (Use entire disk)"
-Pilihan Ketiga : "Gunakan ruang terbesar bebas terus-menerus" dan akan menginstal Ubuntu 10.04 di ruang unpartitioned pada hard drive yang dipilih.
-Pilihan Keempat : "Tentukan partisi secara manual" dan dianjurkan HANYA untuk pengguna tingkat lanjut, untuk membuat partisi khusus atau memformat hard drive dengan filesystem lain dari yang default. Tetapi juga dapat digunakan untuk menciptakan partisi / home, yang sangat berguna jika kwan2 menginstal ulang seluruh sistem.

#SAYA SARANKAN KALAU INSTALL DUAL BOOT MAKA PILIHLAH INSTALASI SECARA MANUAL UNTUK PENGATURAN PARTISI LEBIH LANJUT KALAU TIDAK SEMUA DATA KWAN2 AKAN HILANG#

*KARNA KITA BERMAIN DEGAN MESIN,MESIN TIDAK TAU SIAPA PENCIPTA ATAU PUN PENEMU DIA :-P*


6. Tabel partisi akan terlihat seperti gbr di atas. Klik tombol "Forward" untuk melanjutkan instalasi ...



7. Pada layar ini, isi kolom dengan nama asli kwan2, nama yang ingin kwan2 gunakan untuk login di Ubuntu OS (juga dikenal sebagai user name yang akan diminta untuk log in ke sistem), password dan nama komputer (secara otomatis, tetapi bisa ditimpa).



8. Juga pada langkah ini, ada sebuah opsi bernama "Login secara otomatis". Jika kwan2 mencentang kotak pada pilihan ini, kwan2 akan secara otomatis login ke desktop Ubuntu. Klik tombol "Forward" tombol untuk melanjutkan.



9. Ini adalah langkah akhir instalasi. Klik tombol “Install”.



10. Ubuntu 10.04 LTS (Lucid Lynx) akan terinstall...



11. Setelah beberapa menit (tergantung spesifikasi komputer kwan2), sebuah jendela pop-up akan muncul, yang memberitahukan bahwa instalasi selesai, dan Lu harus me-restart komputer untuk menggunakan sistem operasi Ubuntu yang baru diinstal. Klik tombol "Restart Now"...



12. CD tersebut akan keluar otomatis; keluarkan dan tekan "Enter" untuk reboot. Komputer akan direstart dan dalam beberapa detik, kwan2 akan melihat boot splash Ubuntu ...



13. Pada layar login, klik nama pengguna kwan2 dan masukan password kwan2 Klik "Log In" atau tekan Enter ...



14. Tampilan Desktop Ubuntu 10.04 LTS (Lucid Lynx).



15.Ubuntu siap untuk Ngoprek :-D





Peribahasa Aceh - Hadih Maja (0041-0050)


0041.
BeK HaRaP PaGeu KeuBee LaM PaDee, BeK HaRaP JaNToNG PeuReuLoH HaTe, JeuT LeuMieK TaNoH KeuBeu KeuMeuBaNG, LeuMieK Go PaRaNG GoB MaT KuaSa.

0042.
BeuHe RiMueNG Di DaLaM uTeuN, BeuHe BuYa Di DaLaM KRueNG.

0043.
GoB PaJoH BoH PaNaH, TaNYoe YaNG MeuGeuTaH.

0044.
LaM GeuRuPoH MeuBeK Ta PeuLeuH MuSaNG, LaM RaGa PiSaNG BeK PeuLeuH TuPe.

0045.
MeuNYoe PiJeT TaBoH BaK SaPai, Ka TeuNTee GaTai Ta TeuMee RaSa, MeuNYoe SuLeT Ta BoH Keu PaNGKai, Ka TeuNTee KaNJaI Ta CoeK Keu LaBa.

0046.
Na GLe JiPeuGoeT Keu BLaNG, Na RuMoH JiPeuGoeT KeuRaNGKaNG

0047.
Ta MeueeN CaTo BeK LeuPaH-LeuPah, MeuNYoe RoH BoH 14 MaTee u PuNCa, Ta MeuTuTo BeK LeuPaH-LeuPaH. PeuLaRa LiDaH YoH GoH BiNaSa.

0048.
TeuNGKu JaMeuN PiJuT-PiJuT, GaDoH KaLueT BaCa Do’a, TeuNGKu JiNoe TumBon-TuMBoN, GaDoH eK TRoeN RiNYeueN iSTaNa.

0049.
TuLaK ToNG TiNGGaI TeM.

0050.
WaJeB uRoe JuM’aT , SuNaT uRoe RaYa, Meu uTaNG BaK JuDi, MeuJaNJi Ni BaK CiNTa, Me uCaP ‘oH BaLa, Meu RaTeB ‘oH GeuMPa.


Alat Musik Tradisional Di Aceh

sebagai bagian dari masyarakat Aceh , kita harus mengetahui sejarah termasuk alat-alat musik yang ada di Aceh yang sudah ada sejak dari jaman Kerajaan Jeumpa Aceh,Kerajaan Aceh Darussalam hingga jaman Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam seperti yang saya kutip dari saudara/i Yuhuuami. Adapun sampai saat ini alat musik yang sudah diketahui yang berlaku dalam masyarakat Aceh dari zaman endatu sampai sekarang ada 10 macam :

Arbab

Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai


Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.

Bangsi Alas

Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.

Serune Kalee (Serunai)


Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.

Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.

Rapai

Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.


Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng (rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.

Geundrang (Gendang)


Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.


Tambo


Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.

Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi microphone.

Taktok Trieng

Taktok Trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Alat ini dijumpai di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis :

Yang dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini.
jenis yang dipergunakan disawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).


Bereguh


Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh. Bereguh mempunyai nada yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya.
Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini Bereguh telah jarang dipergunakan orang, diperkirakan telah mulai punah penggunaannya.

Canang

Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.

Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.

Celempong


Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.

Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang.

Bila saudara ada informasi tambahan tolong tambahkan dikotak komentar demi melestarikan hasil karya endatu kita yang dengan susah payah telah membawa Aceh ke masa yang gilang gemilang di zaman keemasan ksultanan yang tak mungkin terulang lagi...!!


Mazhab Ulama Tentang Hukum qurban




Menurut mazhab Syafi’I hukum menyembelih qurban adalah sunat muakkad bagi orang yang mampu. Ini juga merupakan pendapat manyoritas ulama. Di antaranya: Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Bilal, Abu Mas’ud al-Badry, Sa’id bin Musayyab, ‘Itha’, ‘Alqamah, al-Aswad, Malik, Ahmad, Abu Yusuf, Ishak, Abu Tsaur, al-Muzani, Daud dan Ibnu Munzir. Menurut Rabi’ah, al-Laits bin Sa’id, Abu Hanifah dan Auza’I hukum berqurban adalah wajib atas orang yang mampu kecuali orang hajji yang sedang berada di Mina.

Menurut Muhammad bin Hasan hukum berqurban adalah wajib bagi orang yang bermukim di Kota-kota dan yang masyhur dari Abi Hanifah, beliau hanya mengwajibkan berqurban bagi orang mukim yang memiliki nisab.

Dalil ulama yang mengwajibkan qurban adalah “Sesungguhnya Rasulullah. Saw berqurban” dan Allah. Swt berfirman “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu … (Q.S. al-Ahzab: 21). Dan hadis Abi Ramlah bin Mikhnaf dibaca dengan kasrah mim, sukun kha dan fatah nun beliau bekata: Telah bersabda Rasulullah. Saw ketika kami sedang wuquf di Arafah bersama beliau “Wahai manusia, sesungguhnya atas ahli rumah setiap tahun wajib berqurban dan al-‘Atsiirah. Tahukah kalian apakah al-‘Atsirah? Yaitu apa yang sering disebut dengan ar-Rajabiyyah.” (H. R. Abu Daud, at-Tirmizi, an-Nasa’I dan lain-lain. Berkata at-Tirmizi: hadis ini Hasan, berkata al-Khathabi: hadis ini dhaif makhraj karena Abu Ramlah adalah perawi yang majhul [tidak dikenal].)

Dari Jundab bin Abdillah bin Sufyan r.a Rasulullah. Saw salat pada hari raya qurban kemudian beliau bekhutbah kemudian beliau menyembelih dan beliau bersabda “barang siapa yang telah menyembelih sebelum salat hendaklah ia menyembelih yang lain sebagai gantinya dan barang siapa yang belum menyembelih hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah.” (H. R. Bukhari dan Muslim. Segi dilalah hadis ini adalah karena ia mengandung perintah dan perintah itu menunjukkan kepada wajib.)

Dan dari Abi Hurairah berkata: telah bersabda Rasulullah. Saw “Barang siapa sanggup untuk berqurban dan ia tidak berqurban janganlah ia menghadiri Mushalla kami.” (H. R. Baihaqy dan lain-lain. Hadis ini dha’if. Berkata Baihaqy menukilkan dari Tirmizi “Yang benar hadis ini adalah Maukuf atas Abi Hurairah.”) Dan dari Ibni Abbas berkata: telah bersabda Rasulullah. Saw “Tidak saya infaqkan harta saya pada sesuatupun yang lebih afdhal dari sembelihan pada hari raya.” (H. R. al-Baihaqy dan beliau berkata; hadis ini hanya dirawi sendirian oleh Muhammad bin Rabi’ah dari Ibrahim bin Yaziz al-Hawzi dan keduanya tidaklah kuat.)

Dan dari ‘Aabidillah al-Mujasyi’I dari Abi Daud Naqi’ dari Zaid bin Arqam bahwa mereka bertanya kepada Rasulullah. Saw, apakah qurban-qurban ini? Beliau bersabda “ini adalah sunnah bapak kamu Ibrahim. Saw.” Apakah pahala yang kami dapatkan darinya “setiap tetesan darah adalah satu kebaikan.” (H. R. Ibnu Majah dan Baihaqy dan beliau berkata mengutip dari Imam Bukhari “‘Aabidillah al-Mujasyi’I dari Abi Daud tidak tidak shah (tidak bisa diterima) hadisnya dan Abi Daud ini adalah perawi yang lemah.’) Dan dari Ali bin Abi Thalib r.a berkata: Telah bersabda Rasulullah. Saw “Telah dibatalkan dengan sembelihan qurban semua sembelihan yang lain, dengan puasa Ramadhan semua puasa yang lain, dengan mandi junub semua mandi yang lain, dan dengan Zakat semua sedekah yang lain.” (H. R. ad-Daruquthni dan al-Baihaky. Keduanya berkata “hadis ini dhaif dan disepakati oleh semua al-Hufaadh tentang kedhaifannya.”)

Dan dari Aisyah berkata: saya berkata yaa Rasullullah saya berutang dan saya berqurban. Beliau bersabda “Ya, sesungguhnya itu adalah utang yang harus dibayar.” (H. R. ad-Daruquthni dan al-Baihaqy. Keduanya mendhaifkan hadis ini dan berkata “hadis ini adalah hadis mursal).

Dalil mazhab Syafi’I adalah hadis dari Ummi Salamah r.a beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah. Saw “Apabila telah masuklah tanggal sepuluh dan salah satu di antara kalian ingin berqurban maka janganlah ia menyentuh sedikitpun dari bulunya.” dan pada satu riwayat “Apabila telah masuk tanggal sepuluh dan pada salah satu di antara kalian ada binatang qurban yang ingin disembelih maka jangan sekali-kali ia menghilangkan bulu-bulunya dan jangan sekali-kali ia memotong kukunya.” Dan pada riwayat lain “Apabila kalian melihat hilal bulan Zul Hijjah dan di antara kalian ada yang ingin menyembelih qurban hendaklah ia menahan diri dari menhilangkan bulu dan memotong kukunya.” (Semua lafadh di Atas diriwatkan oleh Muslim. Dan Imam Syafi’I berkata “Ini merupakan dalil bahwa berqurban tidak wajib karena sabda rasulullah (dan ia berkeinginan) maka rasulullah menyerahkan qurban itu kepada keinginan seseorang, seandainya berqurban itu wajib tentu beliau akan berkata “janganlah ia menghilangkan bulunya sehingga ia menyembelih qurban.”

Para ulama mazhab Syafi’I juga mengemukakan dalil hadits Ibni Abbas bahwa Rasulullah. Saw bersabda “Ada tiga perkara yang hukumnya wajib bagi saya dan sunat bagi kalian yaitu : menyembelih qurban, salat witir dan dua raka’at dhuha.” (H. R. al-Baihaqy dengan isnad dhaif, beliau juga meriwatkan hadis ini dalam kitab al-Khurafiyyat dan beliau menegaskan tentang kedhaifannya dan telah sah dari Abu Bakar dan Umar. Ra, keduanya tidak menyembelih qurban karena khawatir umat menyakini bahwa qurban itu wajib. Hal serupa juga diriwayatkan oleh al-Baihaqy dengan isnad yang banyak dari Ibni Abbas dan Abi Mas’ud al-Badry.”)

Para ulama mazhab Syafi’I juga membuat alasan “Seandainya qurban itu wajib tentu kewajiban itu tidak gugur apabila tidak sempat dikerjakan tanpa penggantinya seperti salat Jum’at dan kewajiban-kewajiban yang lain, padahal kita sepakat dengan mazhab Hanafi bahwa apabila qurban itu tidak wajib dikadha bila tidak sempat dilaksanakan pada waktunya. Sedangkan jawaban tentang dalil-dalil (wajib qurban) yang mereka kemukan, sebagiannya adalah hadis dhaif yang tidak sah dijadkan dalil dan hadis yang sahih ditanggungkan kepada sunat dengan mengumpulkan semua dalil-dalil yang ada. Wallahu A’lam.

(Diterjemahkan dari kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhazab karangan Imam Nawawi)
Oleh Tgk Taufik Yacob, S.Pd.I | Guru di Dayah Babussalam Matangkuli Aceh Utara

Sumber

10 Wasiat Imam Syafi'i



Sebelum Imam Syafi'i wafat, beliau sempat berpesan kepada muridnya serta umat islam umumnya. berikut adalah kandungan wasiat tersebut: ”Barangsiapa yg ingin meninggalkan dunia dalam keadaan selamat maka hendaklah ia mengamalkan 10 perkara" :

1. Hak kepada diri: mengurangi tidur, mengurangi makan, mengurangi percakapan dan menerima dengan rizki yg ada.

2. Hak kepada Malaikat Maut: meng-qadhakan kewajiban-kewajiban yang tertinggal, mendapatkan kemaafan dari orang yang didzalimi, membuat persediaan untuk mati dan merasa cinta kepada ALLAH. SWT

3. Hak kepada Qubur: membuang tabi'at / sikap suka menebar fitnah, tabi'at kencing sembarangan, memperbanyakkan shalat tahajjud dan membantu orang yang didzalimi.

4. Hak kepada Munkar dan Nakir : tidak berdusta, berkata benar, meninggalkan maksiat dan nasihat menasihati.

5. Hak kepada Mizan (neraca timbangan amalan pada hari kiamat): menahan marah, banyak berdzikir, mengikhlaskan amalan dan sanggup menahan kesulitan/kesusahan.

6. Hak kepada Shirath (titian yg merintangi neraka pada hari kiamat): membuang tabiat suka mengumpat, wara', suka membantu orang beriman dan suka berjamaah.

7. Hak kepada Malik Zabaniyah (malaikat penjaga neraka): menangis lantaran takut akan ALLAH SWT, berbuat baik kepada ibu bapak (kedua orang tua), bersedekah dengan terang-terangan serta sembunyi dan memperbaiki (memperindah) akhlak/tabi'at.

8. Hak kepada Ridhwan (malaikat penjaga syurga): merasa ridha kepada qadha’ ALLAH, bersabar menerima bala', bersyukur atas nikmat ALLAH dan bertaubat dari melakukan maksiat.

9. Hak kepada Nabi Muhammad SAW : bershalawat ke atasnya, berpegang dengan syari'at, bergantung kepada as-sunnah (hadits), menyayangi para sahabat dan bersaing (berlomba-lomba) dalam mencari kelebihan (Ridha) dari ALLAH.

10. Hak kepada ALLAH SWT: mengajak manusia ke arah kebaikan, mencegah dari kemungkaran, menyukai ketaatan dan membenci kemaksiatan.

Berapakah washiatnya yang telah kita laksanakan ..?

Di kutip dari berbagai sumber:

Tgk Nawawi Hakimis adalah Pimpinan Dayah Nihayatul Muhtaj, Manggeng. Aceh Barat Daya


Hati-hati “Intelijen” Berkedok Aktivis Islam di Facebook




Di Indonesia pengguna Facebook (FB) lebih dri 43,5 juta orang dan terbesar kedua didunia. Menurut catatan, pemakai mayoritas usia 20 tahun. Faktor lingkungan, keluarga dan masyarakat yang tidak mampu memenuhi ‘kebutuhan’anak muda menemukan apa dahaga yang diinginkan anak-anak muda, menjadikan mereka menjadikan dunia maya menjadi tempat pencarian eksistinya, termasuk kebutuhan spritualnya.

Hanya di sinilah letap persoalannya, karena saat ini, dunia maya dan jejaring sosial seperti FB dan twitter justru dijadikan lahan menarik kalangan agen-agen intelijen ‘memperdayai’ anak-anak muda. Pernyataan ini disampaikan Pemerhati Kontra-Terorisme dan Direktur CIIA, Harits Abu Ulya.

Harits mencermati kasus terbaru, sebagaimana dialami aktivis remaja masjid Jakarta, Herman dan David yang ditangkap Detasemen Antiteros (Densus) 88, setelah berkenalan dengan seorang bernama Basir.

“Karenanya, kawula muda pengguna jejaring sosial jangan mudah heran, kagum,dan terpesona dengan "doktrin" yang tidak sehat yang mengajak pada tindakan-tindakan kekerasan atau "perlawanan", apalagi mengarah pada bentuk dan aksi-aksi teror,” demikian ujarnya kepada hidayatullah.com, Ahad (04/11/2012) kemarin. [Baca juga: Mustofa Nahrawardaya: Waspadai Jebakan Operasi Intelijen di Dunia Maya dan FB]

Tiga Tips

Lebih jauh ia memberi tips anak muda dan remaja Muslim pengguna jejaring sosial agar tidak terjebak dengan permainan ‘kejam’ intelijen yang secara sengaja ingin memanfaatan mereka.

Pertama, menurut Harits, pastikan orang-orang yang dikenal di jejaring sosial dan terdaftar menjadi teman adalah orang yang dikenal serta bisa dipercaya.

Kedua, jangan mudah percaya kepada orang-orang baru dikenal, apalagi terlihat bersemangat dan menggebu-gebu dalam masalah Islam. Sebab di dunia maya seperti jejaring sosial, orang bisa dengan mudah menyamar, menyaru atau pura-pura sebagai aktivis dengan menggunakan nama-nama samaran.

Yang terakhir, yang tdak boleh dilupakan remaja masjid, aktifis Kerohanian Islam (Rohis), jejaring sosial bukan ruang privacy, sehinga dengan enak mamasang dan mengabarkan info-info serta foto-foto yang bersifat pribadi dan intern.

“Ini minimal langkah untuk meredusir upaya-upaya klandestin atau intelijen gelap yang hendak menjebak para aktifis Islam. Karenanya, di jejaring sosial, jangan mudah memasang info-info pribadi yang tidak perlu,” tambahnya.

“Juga janganlah seorang jamaah atau anggota komunitas Islam sesuka hati bicara persoalan-persoalan privacy organisanya. Jika ini terjadi, maka sangat kontra produktif.Mengingat, monitoring biasanya dilakukan secara intens oleh intelijen melalui dunia maya, nah bisa bahaya cara intelijen nakal seperti sekarang ini yang akan memanfaatkan untuk kepentingan "gelap" mereka.


Sumber

Hidayatullah.com Diserang Hacker Kristen



Hidayatullah.com masih belum bisa diakses hingga pagi ini (7/11), setelah website Islam tertua di Indonesia itu diserang hacker yang menamakan dirinya Hacker Kristen. Sambil berupaya mengembalikan situs agar normal seperti biasanya, untuk sementara pengunjung dialihkan ke fan page Hidayatullah. Pihak Hidayatullah juga meminta doa umat Islam.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi wa Barakatuhu. Sehubungan dengan gangguan pada Situs Hidayatullah.com oleh peretas yang mengaku sebagai HACKER KRISTEN, maka untuk sementara berita yang kami sajikan dialihkan lewat laman FB ini. Gangguan sedang kami atasi, mohon dukungan dan doa dari saudara-saudara sekalian. Terima Kasih. Tetap Semangat!!!," demikian bunyi pengumuman fan page Hidayatullah, Senin malam (5/11).

Sebelum dialihkan ke fan page, tampak situs Hidayatullah mengalami perubahan nama kanal dan rubrik menjadi bertuliskan "Hacker Kristen". Selain mengubah nama-nama rubrik di bagian atas website, hacker juga membuat halaman khusus yang berisi tuntutan pembubaran FPI dan penghapusan SKB 3 Menteri.

Sebagai saudara seiman, mari kita berdoa kepada Allah agar Hidayatullah.com dapat segera pulih kembali dan umat Islam kembali mendapat manfaat dari berita dan artikel Islami yang disajikannya


Atjeh Institute,Dokumen Sejarah dan Budaya Aceh Terlengkap Di Atjeh Institute, Belanda




Sejarah dan budaya Aceh banyak ditulis oleh kaum orientalis barat. Konon, dokumen sejarah dan budaya Aceh terlengkap tidak dimiliki Aceh, tapi ada di Belanda dalam Atjeh Institute.

Atjeh Institute dibangun pada 31 Juli 1914 atas prakarsa Prof Dr Cristian Snouck Hurgronje, yang kemudian ditetapkan dengan surat keputusan KB nomor 61 oleh pemerintah Kolonial Belanda.

Tulisan-tulisan tentang Aceh yang ditulis oleh ahli ketimuran, baik dari Belanda maupun penulis-penulis barat yang pernah membuat penelitian di Aceh, semuanya dihimpun di Atjeh Institute tersebut.

Prof Dr Aboe Bakar Atjeh dalam makalah tentang “Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah” yang disampaikan pada seminar kebudayaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) kedua tahun 1972, menyebutkan susunan pengurusan Atjeh Institute ketika itu, Ketua Prof Dr Cristian Snouck Hurgronje. Sekretaris Dr C Janssen dan Prof J V.Van Werde C J Haselman sebagai Bendahara.

Untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda kala itu dalam usaha menaklukan Aceh, maka berbagai adat dan budaya serta karakteristik masyarakat Aceh diteliti di Atjeh institute. Lalu dibukukan dengan menggunakan bahasa Belanda. Buku-buku yang terlengkap tentang sejarah dan budaya Aceh yang sampai saat ini terpelihara.

Kesungguhan pemerintah kolonial Belanda dalam mendalami dan meneliti karakteristik dan budaya Aceh, tercermin dari pembentukan Atjeh Institute tersebut. Bahkan, Snouck dikirim ke Mekkah untuk mendalami Islam agar lebih mudah berintegrasi dengan masyarakat Aceh dalam melakukan penelitiannya.

Ketika itu orang Aceh menerimanya dan menempatkannya setara ulama. Sebagaimana sejarah mencatat, dimana Snouck sering menjadi khatib dimesjid-mesjid ditempat dia melakukan penelitian. Sehingga Snouck dipanggil oleh orang Aceh saat itu dengan gelar “Teungku Puteh” yang dibermakna ulama dari barat. Padahal dia sebenarnya bukan muslim, melainkan orang yang punya banyak pengetahuan tentang agama islam.

Buah dari investigasi pura-pura Islam Snouck tersebut, maka lahirlah buku budaya Aceh. Ia melakukan penelitian langsung ke Aceh setelah sebelumnya mengumpulkan data-data dari pelawatan Aceh dan Cina yang pernah singgah di Aceh, baik masa Hindu maupun setelah kedatangan Islam. Seperti Dr G A J Hazuee, dan J Kreemer.
Semua biaya penelitian mereka ditanggung oleh Atjeh Institute. Dari penelitian mereka, lahir pulalah buku-buku tentang kebudayaan dan Sejarah zaman keemasan Aceh yaitu buku “Atjeh” yang ditulis oleh Kreemer dan buku “Encyopedie Van Ned Indie”.

Buku “Atjeh” yang ditulis oleh Kreemer merupakan yang terluas cakupannya tentang identitas dan budaya rakyat Aceh. Hal itu dilatari kepentingannya menulis buku tersebut yang lebih didominir rasa tanggung jawabnya sebagai pakar sejarah dari pada kepentingan politik pemerintah kolonial Belanda saat itu.

Sementara dari kalangan jurnalis, muncul H C Zentgraaf, redaktur Kepala surat kabar Java Bode. Mantan serdadu Belanda yang pernah ikut dalam perang Aceh, setelah pensiun dari militer dan bekerja sebagai wartawan perang. Ia menulis tentang kebrutalan serdadu Moersose bentukan Belanda dalam memerangi rakyat Aceh.

Rangkuman dari pengalamannya itulah yang kemudian dikumpulkan dealam buku “Atjeh”. Zentgraaf dengan gamblang menulis tentang karakteristik, keperkasaan serta ketangguhan rakyat Aceh dalam menghadapi serangan Belanda. Zentgraaf tidak segan-segan mencela bangsanya (Belanda-red) sendiri yang terlalu arogan.

Buku Zentgraaf tersebut dengan berani diterbitkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda masih menguasai nusantara, banyak kritikus menilai buku tersebut merupakan gondam yang memukul pemerintah Belanda kala itu.

Pada masa itu ada juga beberapa penulis lainnya, yang menulis tentang Aceh, diantaranya, Van Veer, Van Graaff, van Den Plass, Van Den Nomensen, semuanya dari Belanda. Kemudian Prof. Dr Griff dari Inggris, Marcopolo dari Spanyol, dan Prof Dr. Wit Shing dari Cina.

Soal dokumentasi budaya, rakyat Jawa lebih beruntung, atas prakarsa almarhum Prof Dr DA Husein Djajninggrat berhasil melobi pemerintah kolonoal Belanda untuk membangun Java Institute di Yogyakarta dengan Museum Sono Budoyo dan majalah Jowo. Sampai sekarang masih terpelihara dengan baik.

Begitu juga di Surakarta walau tidak begitu lengkap, masih mempunyai pusat kebudayaan yang mencerminkan karakteristik daerahnya. Pusat kebudayaan yang dikenal Radio Putoko itu terdapat di lokasi latihan dan manifestasi kebudayaan yang dinamai Taman Sriwidari.

Namun Aceh, karena keunikannya dan oleh Belanda Atjeh Institute tidak dibangun di Aceh, melainkan di negeri Belanda. Karena Belanda menilai sangat penting dokumentasi tentang Aceh ketimbang daerah lainnya di nusantara yang berhasil ditaklukkannya.
Diplomasi 1602

Ketertarikan Belanda Terhadap Aceh sudah dimulai sejak diplomat Aceh, Abdul Hamid mengunjungi Belanda, yang konon katanya merupakan diplomat pertama dari asia yang menjalin hubungan dengan Kerajaan Belanda waktu itu.

Abdul Hamid diutus oleh Sultan Alauddin Al Mukamil ke negeri kincir angin tersebut. Rombongan duta Aceh itu tiba pada Agustus 1602, tapi pada 9 Agustus Abdul Hamid meninggal di negeri Eropa itu dan dimakamkan diperkarangan gereja St Pieter di Middelburg, Zeeland.

Menurut Prof Osman Raliby dalam sebuah tulisan tentang Aceh, dunia orang Aceh berubah cepat karena pengaruh agama Islam. Hal itu kemudian ditambah dengan bersentuhannya Aceh dengan pedagang-pedagang internasional yang mencari rempah-rempah ke Aceh sejak abad ke 14.

Namun, sejak 18 Agustus 1511, Portugis yang menduduki Malaka menjadi ancaman bagi perdagangan rempah-rempah di Aceh. Raja Aceh yang sudah melakukan kontak dagang dengan kerajaan-kerajaan Islam di India, Persia, Mesir, Turki, dan Bandar-bandar dagang di Laut Merah, menyadari hal tersebut. Akan tetapi tetap menjaga hubungan dengan Portugis.

Persaingan dagang kemudian membuat hubungan itu renggang, karena Portugis berhasrat untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Selat Malaka. Karena itu pula Portugis berusaha menghentikan semua pengangkutan rempah-rempah dari pelabuhan Aceh.

Malah, pada tahun 1520 Laksamana dan Raja Muda Portugis di Goa, Dirgo Lopez De Sequeira mengancam dengan mengultimatum akan menyerang kapal-kapal yang melakukan kontak dagang dengan Aceh. Aceh dan Portugis pun menjadi musuh bubuyutan di selat Malaka.

Sembilan tahun kemudian (1529) Portugis ingin merebut pelabuhan Pidie dan Pase yang menjadi bandar perdagangan rempah-rempah. Namun usaha Portugis tersebut gagal. Raja Aceh berhasil menghalau Portugis untuk kembali ke Malaka. Malah pada Desember 1529, kapal-kapal Aceh muncul di depan Canannore di Pantai barat India, membantu armada Raja Kalicut yang bertempur melawan angkatan laut Portugis di Goa.

Selanjutnya, menurut Prof Dr H Aboebakar Atjeh, dalam tahun 1599–saat itu Aceh dipimpin Sultan Alauddin Riayatsyah yang dikenal dengan sebutan Sayid Al Mukammal (1588-1604)— Belanda datang ke Aceh merintis perdagangan rempah-rempah.

Orang pertama Belanda yang datang ke Aceh itu adalah dua bersaudara Cornelis de Houtman dan Frederik de Houtman. Keduanya diutus oleh Zeewsche reeder Balthazar de Moecheron, Belanda. Keduanya datang dengan dua kapal besar dan berlabuh di Pelabuhan Kerajaan Aceh.

Menyadari adanya misi dagang Belanda ke Aceh, Portugis yang sudah duluan menduduki Malaka menghasut Kerajaan Aceh untuk tidak menerima misi dagang Belanda itu. Pasalnya, Portugis tetap berkeinginan untuk memonopoli perdagangan renpah-rempah. Apalagi waktu itu Portugis bermusuhan dengan Belanda.

Raja Aceh pun terpengaruh, dua utusan dagang Belanda itu, Frederick de Houtman dan Cornelis de Houtman ditahan. Karena negoisasi ekonomi yang gagal maka Cornelis pun kemudian dibunuh. Sementara Frederick ditangkap dan ditawan. Kedua kapal Belanda itu pun berlayar kembali ke Middelburg, Belanda.

J Kreemer, seorang penulis Belanda dalam buku “Atjeh” menjelaskan, pada November 1600 Paulus van Caerden, teman sepelayaran dengan Pieter Both memerintahkan kembali dua buah kapal dari Brabantsche Compagnie untuk merintis hubungan dagang dengan Aceh.

Paulus van Caerden berhasil membuat suatu perjanjian dagang dengan Aceh, tapi karena saat itu Aceh masih terus dihasut oleh Portugis untuk tidak bekerja sama deangan Belanda. Muatan rempah-rempah dibongkar kembali dari kapal Belanda, mereka pun kembali ke Belanda tanpa hasil apa-apa.

Saat itulah Federick de Houtman berhasil lari dari tawanan orang Aceh dan naik ke kapal Van Caerden untuk melarikan diri. Tapi ia kemudian mengurungkan niatnya dan kembali menyerahkan diri kepada Sultan Aceh. Cerita tentang peristiwa tersebut terangkum dalam De Europeers in den Maleishen Archipel, dan Het handelsverdrag van V Caerden, dalam buku J.E Heeres: Corpus Diplomaticum. Sebuah catatan tentang diplomasi dagang Belanda ke Malaka.

Pun demikian, Belanda terus berusaha untuk merintis perdagangan rempah-rempah ke Aceh. Diminasi Portugis di Selat Malaka dalam perdagangan ingin direbut Belanda. Karena pedagang pedagang dari Belanda terus saja berdatangan ke Kerajaan Aceh untuk melakukan kontak dagang hubungan dagang antara Aceh dan Portugis jadi putus.
Hubungan Dagang

Hubungan dagang Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Belanda pun resmi terjalin pada tahun 1601. Ketika itu Raja Belanda, Print Maurist melalui utusannya ke Aceh yang merintis kembali urusan dagang, mengirim sepucuk surat serta hadiah-hadiah dari Kerajaan Belanda untuk Raja Aceh.

Pedagang-pedagang dari Belanda yang membawa surat dan hadiah tersebut datang dari misi dagang Gerard le Roy dan Laurens Bicker dengan beberapa buah kapal dari maskapai Zeeuw yang merupakan sebuah eskader dari Middelburg.

Utusan Raja Belanda itu ipun diterima dengan baik oleh Raja Aceh. Kepada mereka diberikan ijin mendirikan maskapai dagang untuk membeli rempah-rempah di Aceh. Sementara Frederick de Houtman dan teman-temanya yang ditahan oleh Sultan Aceh dibebaskan.

Ketika kapal Zeeuw berangkat dari Aceh membawa rempah-rempah ke Belanda, Sultan Aceh mengirim utusannya ke Belanda dengan menumpang kapal tersebut untuk menguatkan perjanjian persahabatan antara Aceh dan Belanda. Utrusan Aceh yang dikirim Sultan Alauddin Riayatsyah al Mukamil itu adalah, Abdul Hamid, duta besar Kerajaan Aceh, Laksamana Sri Muhammad, Mir Hasan, dan seorang bangsawan Aceh, serta penerjemah Leonard Werner.

Rombongan ini tiba di Belanda pada bulan Agustus 1602. kedatangan mereka disambut besar-besaran. Pada 9 Agustus Duta besar Aceh, Abdul Hamid meninggal di sana dan dimakamkan diperkarangan gereja St Pieter di Middelburg, Zeeland. Sejarah pertemuan duta Aceh dengan Raja Belanda, Print Maurist tersebut kemudian ditulis oleh Dr J J F Wap dalam buku “Het gezantschap van den sultan van Achin (1602) aan Print Maurits van Nassau en de Oud-Nederlandsche Republiek,” 1862.


Sambai Oen Peugaga-Sambal Unik dari Aceh




Bagi penggemar sambal, tentunya belum sempurna jika belum mengecap pedasnya cabe yang bercampur kelapa parut khas Aceh ini. Namun bagi yang takut dengan pedasnya cabe, tak perlu khawatir. Karena jenis sambal yang satu ini tak sepedas sambal cabe pada umumnya. Dan Anda siapapun bisa mengecap nikmatnya sambal ini.

Sambai Oen Peugaga atau yang biasa disebut Sambal Daun Peugaga yang merupakan makanan tradisional Aceh ini memiliki daya tarik tersendiri. Karena bagi yang tidak begitu bisa menikmati pedasnya cabe, lidah tetap bisa mengecap lezatnya sambal yang satu ini. Karena sambal ini menggunakan cabe hijau yang dikenal tidak memiliki rasa begitu pedas.

Pada umumnya, sambal menggunakan bahan utama cabai dengan jumlah yang cukup banyak. Namun tidak dengan sambai oen peugaga ini, yang menggunakan bahan utamanya adalah kelapa parut. Sehingga sambal yang satu ini cukup terlihat unik.

Sehingga tampilan dari sambal yang satu ini lain daripada sambal lainnya. Dan sambal ini sangat nikmat dihidangkan bersama hangatnya nasi putih dan aneka sayuran rebus maupun lalapan mentah.

Bahkan cara membuatnya pun sangat mudah. Dan bahan-bahan yang dibutuhkan juga mudah didapat. Seperti apa cara membuat Sambal Daun peugaga ini?

Seperti dikutip dari Virtual Aceh, Jumat (25/3/20110, berikut resep membuat sambal yang satu ini. Dan Anda akan merasakan sensasi kenikmatan jenis makanan tradisional khas Aceh ini di meja makan Anda.

Sambai On Peugaga

Bahan:
- Segenggam daun peugaga atau daun cilantro, iris halus
- 1/2 cangkir kelapa parut
- 1 sendok makan kacang tanah, goreng dan haluskan (bisa diganti dengan crunchy peanut butter)
- 2 buah cabai hijau, iris tipis (bisa ditambah sesuai sehttp://www.blogger.com/img/blank.giflera pedas)
- Udang, secukupnya, iris tipis
- Daun jeruk, secukupnya, iris tipis
- Bawang merah, secukupnya, iris tipis
- Batang sereh, secukupnya, iris tipis
- Air jeruk nipis, secukupnya
- Garam, secukupnya
- Air asam, secukupnya

Cara membuat:
- Haluskan dengan cara diuleg bahan-bahan seperti bawang. Kemudian campur dengan kelapa, daun jeruk dan sereh.

- Campur semua adonan jadi satu. Dan siap dihidangkan.


Sumber

Sunday, 25 November 2012

kuah pliek u (kuah favorite masakan Aceh)



Sajian dari daerah Nanggroe Aceh Darussalam sarat dengan bumbu dan rempah pekat. Pada umumnya cita rasa sajiannya mirip cita rasa dari dapur India. Mungkin karena pengaruh kedatangan pedagang dari Gujarat, India, pada zaman dulu. Rempah daun yang banyak dipakai di dapur Aceh adalah daun salam koja yang dikenal pula dengan istilah daun temurui. Biasanya orang Aceh menanam sendiri daun rempah ini di halaman rumah mereka. Sebab, daun salam koja hanya bisa diperoleh di pasar tradisional di pedagang khusus.

Untuk sajian sehari-hari biasanya terdiri dari roti jala yang biasa disantap dengan aneka lauk berbumbu kari atau gulai. Kali ini Anda bisa mencicipi kelezatan varian sajiannya yaitu Mi Goreng Aceh yang unik, ikan tongkol yang ditumis dengan bumbu rempah khas Aceh, tak ketinggalan gulai sayur dari sayuran komplet yang menyehatkan.

gule plik u

Bahan

200 gr plik u
nangka muda
pepaya muda
melinjo
daun melinjo, rajang
terong (kalo suka)
kacang panjang
100 gr kacang tanah (boleh lebih)
100 gr udang (boleh lebih)
3 btg serai, rajang pangkalnya, memarkan ujungnya
15 lbr daun jeruk, dirajang halus

5 siung bawang merah, rajang
2 cm lengkuas, memarkan
4 gelas santan
1 ons cabe hijau, rajang kasar (klo gak suka pedes, kurangin aja)
garam

Bumbu Halus

*

6 cabe kering
*

3 cabe merah
*

5 cabe rawit
*

3 siung bawang putih
*

5 siung bawang merah
*

1/2 sdt jintan
*

1 cm jahe
*

2 cm kunyit
*

1 sdt ketumbar

Cara membuat

*

Rendam plik u dengan air panas kira2 10 menit. Tiriskan. Cuci dengan air dingin. Tiriskan. Blender sampai halus.
*

Jerang air. Masukkan plik u dan bumbu halus plus garam.
*

Masukkan melinjo.
*

Masukkan kacang tanah dan udang.
*

Masukkan santan.
*

Masukkan sayuran yang sudah dipotong-potong (jgn terlalu kasar) dan semua bahan.
*

Masak sampai matang.
*

Santap dengan nasi hangat dan ikan asin goreng kering


REMPAH-REMPAH ACEH





Berikut beberapa bumbu rempah-rempahan yang sering digunakan untuk memasak makanan khas Aceh :
****************
Cabe merah

 
merupakan bahan utama bagi setiap masakan khas dengan cita rasa yang pedas.


*****************
Belimbing Wuluh/boh limeng

 
Belimbing buluh menjadi bumbu penting jikalau kita akan memasak asam keu-eung, rasa asam yang dihasilkan belimbing ini, membuat masakan khas Aceh menjadi semakin nikmat.


*********************
Daun kunyit/on kunyet

 
daun kunyit biasanya dipakai untuk menjadikan aroma masakan semakin gurih dan harum.


*************************
Kapulaga/Gapulaga

 
juga dipakai untuk mengharumkan aroma masakan, beberapa masakan yang dipakai kapulaga, memiliki aroma khas tersendiri.



***********************
Asam Sunti

 
adalah sejenis bumbu yang biasa dipakai dalam memasak ikan kayu atau eungkot kayee/ keumamah, asam sunti terbuat dari belimbing wuluh yang dikeringkan dan dicampuri garam dan dijemur diterik matahari berkali kali.


***********************
Jantung pisang/boh jantong

 
Jantung pisang ini berasal dari pohon pisang, masyarakat Aceh biasa menggunakannya untuk memasak masakan khas Aceh yang diiris dan banyak dibubuhi bumbu.


********************
Kelapa gongseng/u teu-lheu

 
merupakan bahan wajib ketika memasak kari Aceh, selain menambah cita rasa juga aroma masakan juga akan sangat harum, terbuat dari parutan kelapa yang digongsengkan.


*******************
Patarana/pliek u

 
Pliek u terbuat dari parutan kelapa yang dibusukkan, kemudian dijemur berhari hari, dengan tambahan garam, menjadikan pliek u sebagai bahan dasar dalam mebuatkuah/kari Pliek U


*******************
Serai

 
Bahan yang sangat penting dalam masakan-masakan khas Aceh lainnya, juga membuat aroma masakan semakin wangi. Selain itu serai juga memiliki khasiat dan jamu herbal dalam pengobatan tradisional.


******************
Lada Hitam

 
jenis rempah yang satu ini, membuat masakan terasa sedikit pedas dan lezat.


*****************
Kayu manis



*****************
Bunga Kala
(saya belum temukan gambarnya)
Bunga kala sering digunakan dalam memasak kari ayam dan bebek khas Aceh. selain memberi rasa wangi, bunga kala ini juga enak untuk disantap.


*****************
Daun Salam/ on salam

 
Daun salam selain sebagai pewangi masakan, daun ini juga menjadi alternatif pengobatan tradisional.


*****************
Daun jeruk/on kruet


******************
Lada putih/lada puteh

 
menambahkan bumbu yang satu ini ke dalam masakan anda membuat cita rasa semakin lezat dan tersa sedikit pedas.


*********************
Kelapa/boh U

 
Santan yang dihasilkan dari parutan kelapa ini menjadi bahan dasar hampir setiap masakan dan adonan kue, begitu juga halnya masyarakat Aceh sebagian besar menabuhi santan dalam racikan masakannya.


*****************
Nangka/boh panah

 
nangka muda adalah temannya pisang dalam kari Aceh, keduanya dicampur 'bareng' daging dan bumbu kari Aceh


********************
Bawang Putih/bawang puteh


******************
Bawang merah


****************
Daun Kari
 
Daun kari biasa digunakan dalam pembuatan Kari Aceh, menjadikan racikan masakan semakin harum dan gurih.

Sumber

Riwayat Hidup Syeh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri al-Singkili




Ada dua legenda yang dikaitkan dengan Abdul Rauf Singkel. Legenda pertama menyatakan bahwa ia adalah mubaligh pertama yang mengislamkan Aceh (lihat Liaw Yock Fang, 1975: 198 dan Braginsky, 1998: 474). Legenda kedua menyatakan bahwa khotbah-khotbahnya telah membawa “para pelacur” dari “bordil”, yang konon dibuka oleh Hamzah Fansuri di ibukota Aceh, untuk kembali ke jalan yang benar (Snouck Hurgronje dalam Braginsky, 1998: 474). Braginsky (1998) menegaskan bahwa kedua legenda itu tentu saja tidak sesuai dengan kebenaran sejarah.

Namun, tentang peranan Abdul Rauf sebagai mualim, ulama dan pendakwah yang berpengaruh dalam kedua legenda tersebut, tentu saja tidak bisa disangkal. Arah gagasannya selalu praktis. Sebagai seorang mualim ia selalu menaruh perhatian besar pada murid-muridnya. Karya-karyanya selalu bertolak dari perhatiannya yang demikian itu, yaitu untuk membantu mereka memahami Islam dengan lebih baik lagi, menasehati mereka supaya tidak tertimpa musibah, memperteguh kesalehan mereka, dan menghindarkan mereka dari tindakan salah dan tidak toleran (A. Johns dalam Braginsky, 1998: 474).

Abdul Rauf Singkel, yang bernama panjang Syeh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri al-Singkili, lahir di Fansur, lalu dibesarkan di Singkil pada awal abad ke-17 M. Ayahnya adalah Syeh Ali Fansuri, yang masih bersaudara dengan Syeh Hamzah Fansuri. A. Rinkes memperkirakan bahwa Abdul Rauf lahir pada tahun 1615 M. Ini didasarkan perhitungan, ketika Abdul Rauf kembali dari Mekah, usianya antara 25 dan 30 tahun (lihat Abdul Hadi WM, 2006: 241). Namun, Abdul Hadi WM (2006) menyatakan bahwa perkiraan itu bisa meleset, karena Abdul Rauf berada di Mekah sekitar 19 tahun, dan kembali ke Aceh pada 1661. Bila dalam usia 30 tahun ia kembali dari Mekah, berarti ia dilahirkan pada 1630.

Selama sekitar 19 tahun menghimpun ilmu di Timur Tengah, Abdul Rauf tidak hanya belajar di Mekah saja. Ia juga mempelajari ilmu keagamaan dan tasawuf di bawah bimbingan guru-guru yang termasyhur di Madinah. Di kota ini, ia belajar kepada khalifah (pengganti) dari tarekat Syattariyah, yaitu Ahmad Kusyasyi dan penggantinya, Mula Ibrahim Kurani (Braginsky, 1998: 474). Dalam kata penutup salah satu karya tasawufnya, Abdul Rauf menyebutkan guru-gurunya. Data yang cukup lengkap tentang pendidikan dan tradisi pengajaran yang diwarisinya ini merupakan data pertama tentang pewarisan sufisme di kalangan para sufi Melayu. Ia juga menyebutkan beberapa kota Yaman (Zabit, Moha, Bait al-Fakih, dan lain-lain), Doha di Semenanjung Qatar, Madinah, Mekah, dan Lohor di India. Di samping itu, ia juga menyebutkan daftar 11 tarekat sufi yang diamalkannya, antara lain Syattariyah, Kadiriyah, Kubrawiyah, Suhrawardiyah, dan Naqsyabandiyah (Braginsky, 1998: 474).

Sepeninggal Ahmad Kusyasyi, Abdul Rauf memperoleh izin dari Mula Ibrahim Kurani untuk mendirikan sebuah sekolah di Aceh. Sejak 1661 hingga hampir 30 tahun berikutnya, Abdul Rauf mengajar di Aceh. Liaw Yock Fang (1975) menyebutkan bahwa muridnya ramai sekali dan datang dari seluruh penjuru Nusantara. Dan, karena pandangan-pandangan keagamaannya sejalan dengan pandangan Sultan Taj al-‘Alam Safiatun Riayat Syah binti Iskandar Muda (1645-1675), Abdul Rauf kemudian diangkat menjadi Syeikh Jamiah al-Rahman dan mufti atau kadi dengan sebutan Malik al-Adil, menggantikan Syeh Saif al-Rijal yang wafat tidak lama setelah ia kembali ke Aceh (Abdul Hadi WM, 2006: 241-242). Selain itu, ia juga bersikap keras terhadap orang-orang yang menolak berkuasanya seorang raja perempuan (lihat Mat Piah et.al, 2002: 61).

Walaupun disibukkan oleh tugas mengajar dan pemerintahan, Abdul Rauf masih sempat menulis berbagai karya intelektual dan juga karya sastra berbentuk syair—banyak di antaranya yang masih tersimpan sampai sekarang.

Mulanya, ketika dititahkan oleh Sultanah untuk menulis Mir‘at al-Tullab pada 1672, ia tidak bersedia karena merasa kurang menguasai bahasa Melayu setelah lama bermukim di Haramayn (Arab Saudi). Tetapi setelah mempertimbangkan masak-masak perlunya kitab semacam ini ditulis dalam bahasa Melayu, ia pun mengerjakannya, dengan dibantu oleh dua orang sabahat (Zalila Sharif dan Jamilah Haji Ahmad dalam Abdul hadi WM, 2006: 243). Oman Fathurrahman (dalam Osman, 1997: 242) mencatat bahwa karyanya tidak kurang dari 36 kitab berkenaan dengan fikih dan syariat, tasawuf, dan tafsir Al-Qur‘an dan hadis.

Pengaruh Abdul Rauf juga mencapai umat Islam di Jawa. Braginsky (1998) menyebutkan bahwa Abdul Rauf pernah berkunjung ke Banten. Sedangkan Liaw Yock Fang (1975) menyebutkan bahwa salah satu karya Abdul Rauf dikutip dalam sebuah risalah sufi yang terkenal di Jawa. Sementara itu, tarekat Syattariyah, yang juga banyak penganutnya di Jawa, membubuhkan nama Abdul Rauf dalam silsilah para sufi besar penganut tarekat tersebut. Sehingga, Abdul Rauf jelas dikenal oleh orang-orang Jawa yang menganutnya.

Barangkali yang paling diingat orang tentang Abdul Rauf adalah bahwa ia berpenting sekali dalam menengahi silang pendapat antara Nuruddin al-Raniri dan Hamzah Fansuri tentang aliran wujudiyyah. Braginsky (1998) telah menguraikan pendekatan Abdul Rauf yang lebih sejuk dan damai terhadap aliran yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri tersebut.

Ketika wafat pada tahun 1693, Abdul Rauf dimakamkan di muara sebuah sungai di Aceh, di samping makam Teuku Anjong yang dikeramatkan oleh orang Aceh (Abdul Hadi WM, 2006: 246), sehingga ia dikenal juga sebagai Syeh Kuala atau Tengku di Kuala (Liaw Yock Fang, 1975: 198).

B. Pemikiran

1. Tasawuf

Dalam banyak tulisannya, Abdul Rauf Singkel menekankan tentang transendensi Tuhan di atas makhluk ciptaan-Nya. Ia menyanggah pandangan wujudiyyah yang menekankan imanensi Tuhan dalam makhluk ciptaan-Nya. Dalam karyanya yang berjudul Kifayat al-Muhtajin, Abdul Rauf berpendapat bahwa sebelum Tuhan menciptakan alam semesta, Dia menciptakan Nur Muhammad. Dari Nur Muhammad inilah Tuhan kemudian menciptakan permanent archetypes (al-a‘yan al-kharijiyyah), yaitu alam semesta yang potensial, yang menjadi sumber bagi exterior archetypes (al-a‘yan al-kharijiyyah), bentuk konkret makluk ciptaan. Selanjutnya, Abdul Rauf menyimpulkan bahwa walaupun a‘yan al-kharijiyyah adalah emanasi (pancaran) dari Wujud Yang Mutlak, ia tetap berbeda dari Tuhan. Abdul Rauf mengumpamakan perbedaan ini dengan tangan dan bayangannya. Walaupun tangan sangat sukar untuk dipisahkan dari banyangannya, tetapi bayangan itu bukanlah tangan yang sebenarnya (lihat Azyumardi Azra dalam Osman, 1997: 174).

Secara umum, Abdul Rauf ingin mengajarkan harmoni antara syariat dan sufisme. Dalam karya-karyanya ia menyatakan bahwa tasawuf harus bekerjasama dengan syariat. Hanya dengan kepatuhan yang total terhadap syariat-lah maka seorang pencari di jalan sufi dapat memperoleh pengalaman hakikat yang sejati. Pendekatannya ini tentu saja berbeda dari pendekatan Nuruddin al-Raniri yang tanpa kompromi. Abdul Rauf cenderung memilih jalan yang lebih damai dan sejuk dalam berinteraksi dengan aliran wujudiyyah. Maka, walaupun ia menentang aliran yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri itu, ia tidak menyatakannya secara terbuka. Lagipula, ia juga tidak setuju dengan cara-cara radikal yang ditempuh oleh Nuruddin (lihat Azyumardi Azra dalam Osman, 1997: 174).

Menariknya, dalam karya-karyanya ia tidak menyebut Nuruddin al-Raniri, yang karya-karyanya mungkin sekali telah dikenalinya, tetapi seolah-olah mengisyaratkan peristiwa tragis yang pernah terjadi, melalui kutipan sebuah hadis: “Jangan sampai terjadi seorang muslim menyebut muslim lain sebagai kafir. Karena jika ia berbuat demikian, dan memang demikianlah kenyataannya, lalu apakah manfaatnya. Sedangkan jika ia salah menuduh, maka tuduhan ini akan dibalikkan melawan ia sendiri” (Johns dalam Braginsky, 1998: 476).

Dengan caranya yang lebih damai ini, ia dapat menahan berkembangnya heterodoksi dalam Islam yang disebabkan oleh tafsir yang kurang tepat terhadap ajaran Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani (Abdul Hadi WM, 2006: 241).

Penekanannya tentang pentingnya syariat dalam tasawuf muncul dalam Umdat al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufradin (Pijakan bagi Orang-orang yang Menempuh Jalan Tasawuf). Di dalam kitab ini, Abdul Rauf menguraikan masalah zikir. Zikir adalah dasar dari tasawuf dan karena itu merupakan metode yang penting dalam disiplin kerohanian sufi. Abdul Rauf membagi zikir menjadi dua, yaitu zikr hasanah dan zikir darajat. Zikir yang pertama tidak mengikuti aturan tertentu, sedangkan zikir yang kedua terikat aturan yang ketat (Abdul Hadi WM, 2006: 241).

Zikir darajat dilakukan setelah seseorang bertobat, kemudian menjalani upacara tertentu seperti duduk bersila menyilangkan dua kaki dan berpakaian bersih, menghadap kiblat, memilih tempat yang gelap agar dapat berkonsentrasi dan memejamkan mata. Setelah itu ia mulai berzikir, mengucapkan kalimat la ilaha Illa Allah. Kalimat ini dibaca dengan irama tertentu sambil menggoyang-goyangkan kepala. Zikir dilakukan dengan nafas teratur, lidah menyentuh langit-langit bagian belakang, sembari mengucapkan kalimat la ilaha Illa Allah dengan pikiran. Biasanya 24 kalimat itu diucapkan baru nafas dihela (Abdul Hadi WM, 2006: 244).

Abdul Rauf mengajarkan dua metode zikir, yaitu zikir keras (jabr) dan zikir pelan (sirr). Zikir keras dimulai dengan zikir nafiy (pengingkaran) dan isbat (penegasan), yaitu mengucap la ilaha Illa Allah berulangkali. Zikir ini mengandung penegasan untuk mengingkari selain Tuhan dan peneguhan bahwa satu-satunya Tuhan adalah Allah Ta‘ala. Ini dapat dibaca juga dalam Syair Perahu. Di samping itu terdapat zikir gaib dengan mengucap Hu Allah dan zikir penyaksian (al-syahadah) dengan mengucapkan Allah, Allah. Zikir pelan dilakukan dengan nafas teratur, dengan membayangkan kalimat la ilaha saat menghela nafas dan illa Allah saat menarik nafas ke dalam hati. Tujuan zikir ini adalah pemusatan diri, bukan untuk membayangkan kehadiran gambar Tuhan seperti dalam praktik Yoga Pranayama (Abdul Hadi WM, 2006: 244-245).

Semua ajaran tasawuf didasarkan pada gagasan sentral Islam yang sama, yaitu tauhid, tetapi para sufi mempunyai beragam cara dalam menafsirkannya. Dasar pandangan Abdul Rauf tentang tauhid antara lain tertera dalam kitab Tanbih al-Masyi. Ia mengajarkan agar murid-muridnya senantiasa mengesakan al-Haq (Yang Maha Benar) dan menyucikan-Nya dari hal-hal yang tidak layak baginya, yaitu dengan mengucap la ilaha Illa Allah. Kalimat ini mengandung empat tingkatan tauhid. Pertama, penegasan penghilangan sifat dan perbuatan pada diri yang tidak layak disandang Allah. Tiga tingkatan tauhid berikutnya adalah uluhiya, yaitu mengesakan ketuhanan Allah, sifat, yaitu mengesakan sifat-sifat Allah, dan zat, mengesakan Zat Tuhan (Othman Mohd. Isa dalam Abdul Hadi WM, 2006: 245-246).

Menurut Abdul Rauf, “Salah satu bukti keesaan Allah SWT adalah tidak rusaknya alam. Allah berfirman, ‘Sekiranya di langit dan di bumi ini ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak dan binasa‘.” Berangkat dari pengetahuan inilah kemudian ia membicarakan hubungan ontologis atau kewujudan antara Pencipta dan ciptaan-ciptaan-Nya, antara Yang Satu dan “yang banyak”, antara al-wujud dan al-maujudat. Alam adalah wujud yang terikat pada sifat-sifat mumkinat atau serba mungkin. Oleh karena itu alam disebut sebagai sesuatu selain al-Haq (Oman Fathurrahman dalam Abdul Hadi WM, 2006: 246).

2. Syariat

Abdul Rauf Singkel juga menulis kitab dalam bidang syariat. Yang terpenting adalah Mirat al-Turab fi Tashil Ma‘rifah al-Ahkam al-Syar‘iyyah li al-Malik al-Wahab (Cermin Para Penuntut Ilmu untuk Memudahkan Tahu Hukum-hukum Syara‘ dari Tuhan, bahasa Melayu). Kitab ini merupakan kitab Melayu terlengkap yang membicarakan syariat. Sejak terbit, kitab ini menjadi rujukan para kadi atau hakim di wilayah Kesultanan Aceh. Dalam kitabnya ini, Abdul Rauf tidak membicarakan fikih ibadat, melainkan tiga cabang ilmu hukum Islam dari mazhab Syafii, yaitu hukum mengenai perdagangan dan undang-undang sipil atau kewarganegaraan, hukum perkawinan, dan hukum tentang jinayat atau kejahatan (Ali Hasmy dalam Abdul Hadi WM, 2006: 243).

Bidang pertama termasuk fikih muamalah dan mencakup urusan jual beli, hukum riba, kemitraan dalam berdagang, perdagangan buah-buahan, sayuran, utang-piutang, hak milik atau harta anak kecil, sewa menyewa, wakaf, hukum barang hilang, dan lain-lain. Bidang yang berkaitan dengan perkawinan mencakup soal nikah, wali, upacara perkawinan, hukum talak, rujuk, fasah, nafkah, dan lain-lain. Sedangkan jinayat mencakup hukuman pemberontakan, perampokan, pencurian, perbuatan zinah, hukum membunuh, dan lain-lain (Ali Hasmy dalam Abdul Hadi WM, 2006: 243).

3. Tafsir

Dalam bidang tafsir, Abdul Rauf menghasilkan karya berjudul Tarjuman al-Mustafid. Pada hakikatnya, karya ini merupakan terjemahan Melayu dari kitab tafsir yang lain, yaitu tafsir al-Jalalain. Karya ini diselesaikan oleh muridnya, Daud Rumi, dan beberapa pengarang belakangan lainnya, dengan mengambil agak banyak bagian dari tafsir al-Baidawi dan al-Kazin (Riddel dalam Braginsky, 1998: 275). Walaupun kitab ini tergolong sebagai tafsir, tetapi Braginsky (1998) menganggapnya sebagai terjemahan lengkap Al-Qur‘an dalam bahasa Melayu yang pertama, yang seperti lazimnya berbentuk sebagai tafsir dan bukan karangan eksegesis yang rinci.

4. Sastra

Walaupun kuatrin terpisah-pisah, yang tidak lain merupakan bait-bait syair, terkadang terdapat dalam Bustan as-Salatin karya Nuruddin al-Raniri, tetapi penerus tradisi penulisan “syair religius-mistik” adalah Abdul Rauf Singkel. Braginsky (1998: 491-484) telah membahas syair-syair tesebut dan menyimpulkan bahwa dalam syair-syairnya, Abdul Rauf Singkel menegaskan tentang Sifat Kekekalan (Kadim) Tuhan di satu pihak, dan sifat kemakhlukan (muhadas) manusia di pihak lain, yang menyebabkan adanya perbedaan mutlak di antara keduanya. Jadi, karya sastra Abdul Rauf yang berupa syair ini masih memiliki hubungan yang sangat erat dengan keyakinan tasawufnya.

Dalam sebuah naskah yang disalin di Bukit Tinggi pada 1859, diberitakan bahwa Abdul Rauf-lah yang telah mengarang Syair Makrifat. Dalam syair ini, dibahas tentang empat komponen agama Islam, yaitu iman, Islam, tauhid, dan makrifat, dan tentang makrifat sebagai pengenalan sufi yang memahkotai keempat komponen itu. Syair ini juga menegaskan bahwa hanya orang yang paham akan makna semuanya yang layak disebut sebagai orang yang telah menganut agama yang sempurna.

C. Karya

Oman Fathurrahman (dalam Osman, 1997: 242) mencatat tidak kurang dari 36 kitab berkenaan dengan fikih dan syariat, tasawuf, dan tafsir Al-Qur‘an dan hadis, di antaranya adalah:

1.Daka‘ik al-Huruf (Kehalusan-kehalusan Huruf), dikutip dalam al-Tuhfa al-mursala ila ruh al-nabi, risalah ilmu tasawuf yang sangat penting di Jawa.
2.Tafsir Baidhawi (terjemahan, 1884, diterbitkan di Istambul).
3.Mirat al-Turab fi Tashil Ma‘rifah al-Ahkam al-Syar‘iyyah li al-Malik al-Wahab (Cermin Para Penuntut Ilmu untuk Memudahkan Tahu Hukum-hukum Syara‘ dari Tuhan, bahasa Melayu).
4.Umdat al-muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufradin (Pijakan bai Orang-orang yang Menempuh Jalan Tasawuf).
5.Tanbih al-Masyi al-Mansub ila Tariq al-Qusyasyi (Pedoman bagi Penempuh Tarekat al-Qusyasyi, bahasa Arab).
6.Bayan al-Arkan (Penjelasan tentang Rukun-rukun Islam, bahasa Melayu).
7.Bidayah al-Baligah (Permulaan yang Sempurna, bahasa Melayu).
8.Sullam al-Mustafiddin (Tangga Setiap Orang yang Mencari Faedah, bahasa Melayu).
9.Piagam tentang Zikir (bahasa Melayu).
10.Tarjuman al-Mustafid bi al-Jawy.
11.Syarh Latif ‘Ala Arba‘ Hadisan li al-Imam al-Nawawiy (Penjelasan Terperinci atas Kitab empat Puluh Hadis Karangan Imam Nawawi, bahasa Melayu).
12.Al-Mawa‘iz al-Ba‘diah (Petuah-petuah Berharga, bahasa Melayu).
13.Kifayat al-Muhtajin.
14.Bayan Tajilli (Penjelasan tentang Konsep Manifestasi Tuhan).
15.Syair Makrifat.
16.Al-Tareqat al-Syattariyah (Untuk Memahami jalan Syattariyah).
17.Majmu al-Masa‘il (Himpunan Petranyaan).
18.Syam al-Ma‘rifat (Matahari Penciptaan).

D. Pengaruh

Syeh Abdul Rauf Singkel memiliki banyak murid yang tersebar di kepulauan Nusantara. Dua muridnya juga masyhur, yaitu Syeh Jamaluddin al-Tursani dan Syeh Yusuf al-Makasari. Jamaluddin al-Tursani adalah seorang ahli hukum ketatanegaraan terkenal dan pernah menjadi Kadi Malik al-Adil di istana Aceh pada awal abad ke-18 M. Ia terkenal berkat karya hukum ketatanegaraannya yang komprehensif, Syafinat al Hukam (Bahtera Para Hakim), yang merupakan perluasan baik terhadap Taj al-Salatin maupun Bustan al-Salatin. Sedangkan Syeh Yusuf al-Makasari adalah seorang ulama dari Makassar. Ulama inilah yang mendampingi Sultan Ageng Tirtayasa dalam perjuangannya melawan kolonialisme Belanda (Abdul Hadi WM, 2006: 246).

Pada saat Abdul Rauf menjadi mufti, Aceh adalah kesultanan yang sangat penting di dunia Melayu karena menjadi tempat persinggahan para jemaah haji. Orang dari Jawa dan daerah lain di Indonesia yang pergi naik haji, harus singgah di Aceh. Sewaktu di Aceh, tidak sedikit pula dari jemaah haji belajar agama dan ilmu tasawuf kepada Abdul Rauf (A.H. Johns dalam Liaw Yock Fang, 1975: 197). Mungkin inilah sebabnya tarekat Syattariyah agak populer di Jawa dan nama Abdul Rauf sering disebut dalam silsilah tarekat tersebut. Sebuah karangan Abdul Rauf, yaitu Dakai‘ik al-Huruf, dikutip dalam al-Tuhfa al-mursala ila ruh al-nabi, sebuah risalah ilmu tasawuf yang sangat penting di Jawa (Liaw Yock Fang, 1975: 197).

Bersama dengan Nuruddin al-Raniri, Abdul Rauf Singkel menunjukkan bahwa Islam, sebagaimana yang dipraktekkan di Asia Tenggara, adalah bagian dari pasang surut gagasan dan praktek religius dan mistisisme di dunia. Gagasan dan praktek ini berakar pada Al-Qur‘an dan kehidupan komunitas Islam awal, tetapi kemudian berkembang ke berbagai arah yang berbeda-beda. Perdebatan yang terjadi di Aceh, dan juga di dunia Melayu pada umumnya, tidak bersifat unik bagi daerah ini saja, karena telah muncul juga di berbagai belahan dunia Islam lainnya. Menurut Piah dkk (2002), Aceh menangkap gagasan dan praktek-praktek ini dan mengeskpresikannya dengan cara yang rumit dan menantang bagi kaum Muslim yang memahami keimanan mereka melalui medium bahasa Melayu.